Rabu, 31 Oktober 2012

Sekolah Terbesar di Dunia Berikan Siswa India Pelajaran Hidup

Hari pertama di kelas untuk setiap murid baru bisa menjadi pengalaman yang luar biasa. Coba bayangkan rasanya belajar sebagai salah satu dari 40.000 murid yang masuk di sekolah terbesar di dunia.


Penghargaan Guinness World Records terbaru dianugerahkan kepada City Montessori School di kota Lucknow, India dengan 39.437 siswa yang terdaftar pada tahun akademik 2010-2011.

Pihak sekolah mengatakan, jumlah pendaftaran telah meningkat di atas 45.000. Sekolah itu memiliki 2.500 guru, 3.700 komputer, 1.000 ruang kelas dan salah satu dari sebelas tim kriket yang paling tangguh.

City Montessori School dibuka oleh Jagdish Gandhi dan istrinya Bharti pada 1959 dengan pinjaman 300 rupee (setara Rp58.000 pada saat ini) dan hanya memiliki lima orang siswa.

Kini sekolah tersebut telah berkembang hingga lebih dari 20 lokasi di Lucknow, ibu kota negara bagian Uttar Pradesh, dan terkenal dengan hasil ujian dan program pertukaran internasional.

"Pertumbuhan fenomenal sekolah kami adalah refleksi dari upaya kami untuk menyenangkan orangtua melalui layanan terhadap anak-anak mereka," kata Gandhi, 75 tahun, yang masih menjabat dalam manajemen sekolah.

"Siswa kami memiliki hasil akademis yang luar biasa setiap tahun dan mendapatkan perhatian global yang luar biasa. Mendapatkan rekor Guinness sangat membesarkan hati kami, tapi ini bukan segalanya," katanya kepada AFP.

Para murid, yang berusia antara 3-17 tahun, semuanya berseragam dan masing-masing kelas menampung sekitar 45 murid, namun seluruh siswa di sekolah tidak pernah dikumpulkan secara bersama karena tidak ada tempat yang cukup besar untuk menampung mereka.

CMS, yang tidak menerima dana dari pemerintah, membebani  biaya 1.000 rupee (sekitar Rp180 ribu) per bulan untuk biaya murid yang lebih muda,  dan 2.500 rupee (sekitar Rp450 ribu) per bulan untuk senior.

"Dalam sekolah yang besar seperti itu, ada banyak keuntungan, salah satunya adalah Anda bisa berkenalan dengan banyak teman di seluruh lokasi sekolah yang kami miliki," kata Ritika Ghosh (14), yang telah bersekolah di CMS selama dua tahun kepada AFP.

"Tapi karena sekolah begitu besar, maka dibutuhkan banyak upaya untuk bisa mendapatkan perhatian. Jadi Anda hanya merupakan salah satu dari ribuan siswa yang belajar.

"Pasti Ada lebih banyak tantangan dan kompetisi, yang pada akhirnya mempersiapkan kita untuk kehidupan nyata."

Seorang siswa bernama Tanmay Tiwari (16) mengatakan bahwa ukuran sekolahnya yang besar membuatnya lebih  percaya diri.

"Aku dulu sangat pemalu tapi sekolah telah memberi saya kepercayaan diri," katanya kepada AFP. "Sekarang saya masuk dalam tim perguruan tinggi dan ikut berdebat dalam kompetisi nasional."

Ukuran sekolah dibandingkan hanya dengan ambisi idealisnya, para siswa diajarkan tentang filosofi perdamaian universal dan globalisme di bawah moto "Jai Jagat" (Kemenangan untuk Dunia).

Dengan para siswa yang berada di bawah tekanan sengit untuk mendapatkan hasil ujian yang baik, olahraga tidak selalu menjadi prioritas utama, namun pelatih kriket Raju Singh Chauhan mengatakan bahwa ia menganggap pemilihan tim masih rumit.

"Untuk mendapatkan murid berbakat olahraga di antara 45.000 lebih siswa akan menjadi masalah besar," katanya.

"Untuk alasan ini kami mengadakan kompetisi antarcabang untuk menggali bakat anak-anak yang terbaik dan akhirnya kami mendapatkan gambaran yang lebih besar dan sebelas orang dari kami yang terbaik untuk masuk dalam tim."

CMS pertama kali memegang gelar sebagai sekolah terbesar di dunia pada 2005, ketika memiliki 29.212 siswa, mengalahkan pemegang rekor sebelumnya, Rizal High School di Manila, Filipina, yang memiliki 19.738 siswa.

Para alumni sekolah tersebut meliputi Ushhan Gundevia, seorang bankir eksekutif di Goldman Sachs, dan Prakash Gupta, seorang diplomat senior PBB di New York, serta sarjana Harvard dan beberapa ahli bedah terkemuka serta ilmuwan.

"Sekolah merupakan inspirasi tidak hanya bagi siswa, tetapi juga untuk siapa saja, di mana saja yang ingin membuat perbedaan positif," kata Craig Glenday, editor Guinness World Records, kepada AFP dari London.

"Sekolah mengerti betul bahwa mengajar adalah profesi yang paling suci, dan dari asal-usul sederhana tersebut hingga menjadi yang terbesar, serta  salah satu lembaga pendidikan yang paling dihormati di dunia, itu adalah cerita yang benar-benar menginspirasi dan menakjubkan."

(Sumber: Oleh Yahoo! News | AFP , Sagarika Dubey | AFP)

568 Orang Meninggal Akibat HIV/AIDS di Jateng

Jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal di Jawa Tengah sudah mencapai 568 orang atau 10,91 persen dari data penderita 5.206 orang. Jumlah itu menempatkan provinsi ini di urutan ke enam terbanyak di Indonesia.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Magelang, Drs H Asfuri Muhsis MSi, menyebutkan, yang terinfeksi HIV (Human immunodeficiency virus) 2.646 orang. “Yang menderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome) 1.992 orang,” katanya, Senin (18/6), dalam sosialisasi warga peduli AIDS (WPA).
Menurut dia, jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Magelang, sampai April 2012, terdapat 24 kasus. Rinciannya, 15 positif terinfeksi HIV, Sembilan kasus AIDS dan meninggal sembilan orang (37,5 persen). Menurut dia, dari berbagai peristiwa  penularan HIV/AIDS berkaitan dengan perilaku yang menyimpang.
Karena itu program kegiatan KPA Kabupaten Magelang lebih diarahkan pada upaya pencegahannya. (Tuhu Prihantoro / CN26 / JBSM)
(Sumber: suaramerdeka.com, 18 Juni 2012)

Penderita HIV/AIDS di Rembang Bertambah

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rembang menemukan enam penderita HIV/AIDS baru di wilayah kabupaten itu. Kepala Dinkes Rembang, Sutedjo menyebutkan, enam penderita baru itu masing-masing dua laki-laki, empat lainnya berjenis kelamin perempuan.
Dengan penambahan itu, total penderita penyakit yang menyerang kekebalan tubuh manusia sejak tahun 2004 mencapai 103 penderita. Dari jumlah itu, sebanyak 56 penderita di antaranya berjenis kelamin laki-laki, sisanya sebanyak 47 penderita adalah perempuan.
Dinkes mencatat, sebanyak 65 penderita diketahui telah meninggal. "Sejak pendataan terakhir pada akhir 2011 hingga Februari 2012, diketahui sebanyak 19 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Rembang telah meninggal," jelasnya, Senin (5/3).
Terus bertambahnya penderita HIV/AIDS di Kabupaten Rembang cukup memprihatinkan. Apalagi sebagian menyerang ibu rumah tangga dan anak-anak. Di luar jumlah itu, diperkirakan penderita HIV/AIDS bisa terus bertambah.
"Penderita biasanya tidak menyadari penyakitnya. Jika pun telah tahu, biasanya cenderung menutup diri dan malu memeriksakan kondisi kesehatannya," terangnya.
Agar penderita HIV/AIDS tak semakin dikucilkan, Sutedjo menyebutkan, Dinkes telah mengedarkan surat imbauan kepada seluruh camat di Kabupaten Rembang agar menyosialisasikan upaya pengendalian HIV/AIDS di wilayahnya.
Pihaknya pun terus menyosialisasikan rumus ABCDE untuk menekan kemungkinan bertambahnya jumlah penderita. Sutedjo menjelaskan, penularan penyakit ini bisa dicegah dengan rumus A yakni abstain, atau tidak melakukan hubungan seks bebas, kemudian B atau be faithful yakni setia pada pasangan.
Rumus C yakni cegah dengan menggunakan kondom. Sementara D yakni dihindari penggunaan jarum suntik secara bersama-sama. "Yang terakhir yakni E, yakni edukasi dengan mengajarkan dan mengajak warga masyarakat untuk hidup sehat dan tidak melanggar normal agama," jelasnya. (Saiful Annas / CN31 / JBSM)
(Sumber: suaramerdeka.com, 05 Maret 2012)

Astronom Temukan Planet dengan Empat Matahari


Sebuah tim astronom amatir dan profesional internasional menemukan sebuah planet yang langitnya diterangi oleh empat matahari - kasus pertama yang diketahui dari fenomena semacam itu.
Planet yang terletak sekitar 5.000 tahun cahaya dari Bumi itu dijuluki PH1 untuk menghormati Planet Hunters, sebuah program yang dipimpin oleh Yale University di Amerika Serikat, yang menggabungkan para relawan untuk mencari tanda-tanda planet baru.
PH1 mengorbitkan dua matahari dan sebaliknya diorbitkan oleh sepasang bintang yang jauh jaraknya. Hanya enam planet yang diketahui mengorbitkan dua bintang, kata beberapa peneliti, dan tidak ada satupun dari bintang-bintang itu diorbitkan oleh bintang-bintang jauh lainnya.
“Planet yang mengelililngi dua bintang adalah formasi planet yang ekstrem,” kata Meg Schwamb dari Yale, penulis utama sebuah makalah yang dipresentasikan pada Senin dalam pertemuan tahunan Division for Planetary Sciences of the American Astronomical Society (DPSAAS) di Nevada.
“Penemuan atas sistem ini memaksa kita untuk kembali menggambarkan pemahaman bagaiamana planet itu dapat terbentuk dan berkembang dalam lingkungan yang penuh dengan tantangan dan dinamis tersebut.”
Ilmuwan asal Amerika dan partisipan Planet Hunters, Kian Jek dan Robert Gagliano adalah yang pertama kalinya mengidentifikasi PH1. Pengamatan mereka kemudian dikonfirmasi oleh sebuah tim peneliti Amerika dan Inggris yang bekerja di Hawaii.
PH1 adalah sebuah raksasa gas dengan radius sekitar 6,2 kali Bumi, membuatnya sedikit lebih besar daripada Neptunus. Planet tersebut mengorbitkan sepasang bintang yang massanya 1,5 dan 0,41 kali dari Matahari kira-kira setiap 138 hari sekali.
Dua bintang lainnya mengorbitkan sistem planet pada jarak kira-kira 1.000 kali jarak antara Bumi dan Matahari.
Situs Planethunters.org yang diciptakan pada 2010 ditujukan untuk mendorong para astronom amatir untuk mengidentifikasi planet-planet di luar sistem tata surya kita, menggunakan data dari teleskop ruang angkasa Kepler badan antariksa Amerika, NASA.
Kepler, yang diluncurkan pada Maret 2009, merupakan misi pertama NASA dalam pencarian planet-planet seperti Bumi yang mengorbitkan bintang yang mirip dengan Matahari kita.
Penemuan PH1 dipublikasikan secara online pada Senin di situs arxiv.org dan diserahkan kepada Astrophysical Journal untuk publikasinya.
Pekan lalu, para ilmuwan melaporkan penemuan “planet berlian” yang ukurannya dua kali ukuran bumi dan mengorbitkan sebuah bintang mirip Matahari.
Sampai dengan sepertiga massa planet dan sebagian besar permukaannya diyakini terdiri dari berlian, menyiratkan bahwa planet berbatu yang jauh tersebut tidak dapat lagi diasumsikan memiliki fitur yang sama seperti Bumi. (kn/ik)
(Sumber: Nevada (AFP/ANTARA)