Jumat, 09 Juli 2010

Pelabuhan Rembang Zaman Dulu

Pada zaman Mataram Kartasura kota Pelabuhan Rembang merupakan salah satu daerah milik mataram yang berada di Pasisiran Timur. Bersama dengan daerah Lasem, Blora dan Jipang (Cepu). Rembang mempunyai arti ekonomis yang penting bagi Mataram, terutama karena daerah-daerah tersebut merupakan daerah penghasil kayu jati yang mahal harganya. Dengan demikian pada masa ini Rembang merupakan daerah sendiri secara administratif terpisah dari Lasem maupun Tuban. Lagi pula di Rembang juga terdapat “bupati” sendiri sebagai kepala daerah sendiri yaitu bupati seperti halnya di Lasem dan Tuban.


Posisi Rembang sebagai salah satu Pelabuhan Mataram yang cukup ramai, juga menjadi incaran para bajak laut Makasar. Pada tahun 1675 bajak laut Makasar yang bersekutu dengan Trunajaya dari Madura menyeberang ke Rembang. Sasaran mereka juga ditujukan kepada para pedagang dan pengusaha kayu orang Cina dan Belanda yang tinggal di sana.54 Rembang sempat dihancurkan oleh pemberontak Madura di bawah Trunajaya. Namun para pemberontak dapat diusir oleh pasukan Mataram dengan bantuan VOC. Pemberontakan itu sendiri dapat ditumpas habis pada tahun 1679.55 Sebagai imbalan atas jasa VOC membantu Mataram, VOC mendirikan benteng di kota-kota sepanjang pantai utara Jawa. Ia membangun benteng di Semarang, Jepara dan Surabaya, membangun loji di Tegal, Pekalongan, dan Cirebon, menempatkan pasukan penjaga di Gersik, dan membuat galangan kapal di Demak dan Rembang. Bahkan di jantung Mataram sendiri, di ibukota Kartasura dibangun benteng VOC atas “permintaan” Sunan.

Pada masa itu Rembang berkembang sebagai penghasil kayu jati, pengekspor garam, dan produsen kapal, baik untuk Mataram maupun untuk VOC. Pada tahun 1657 Sunan Amangkurat I memerintahkan Tumenggung Pati membuat 1 kapal dan 1 kapal di pesan oleh duta Makasar. Namun kekuasaan VOC yang semakin meluas ke daerah Rembang, baik di bidang perdagangan kayu dan pembuatan kapal sangat merisaukan Mataram. Dalam usaha membendung ekspansi VOC ini Sunan memerintahkan Adipati Sindurejo untuk menguasai kembali desa-desa penebang kayu di Rembang dan Lasem, yang pada sekitar tahun 1680-an diserahkan kepada VOC untuk keperluan penebangan dan pengangkutan kayu. Secara khusus Sunan mengangkat Bupati Rembang yang mengurus masalah kontrak penebangan dan penjulan kayu jati, yang mendatangkan keuntungan besar itu, pada tahun 1685.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar