Rabu, 20 Februari 2019

AL-ISTIQOMAH, MASJID JUJUGAN PARA MUSAFIR DI PAMOTAN

Bagi para pelancong, musafir, yang bepergian dari arah Rembang menuju Pamotan dan sekitarnya, tidak perlu khawatir, kemana hendak menunaikan salat. Tepatnya di timur perempatan desa Japerejo Pamotan, berdiri masjid megah nan artistik. Masjid itu bernama Masjid Al Istiqomah.
Posisi masjid ini sangat strategis, tidak jauh dari perempatan. Yang mana empat arah perempatan adalah menuju kota-kota yang penting di Rembang.

Masjid terlihat dari arah Rembang

Dari barat masjid Al Istiqomah tampak terlihat menonjol dan sangat indah nan artistik. Karena tempatnya yang strategis itulah barangkali mengapa masjid ini begitu ramai setiap harinya. Orang dari arah mana saja banyak mampir untuk melakukan salat di masjid ini.

Masjid Al Istiqomah dari halaman depan

Dengan halaman yang luas, orang yang datang ke sini terasa bebas hambatan. Tidak ada petugas parkir di sini. Atau semacam satpam yang mengawasi pendatang. Memelototi pengunjung masjid ataupun menghitung jumlah kendaraan yang ada. Semuanya bebas. 24 jam. Karenanya tidak ada pintu pagar di masjid ini.
Orang dari kalangan apapun bisa di sini. Tidak harus ustadz, orang khusyuk, atau orang ahli jamaah. Orang model apapun bisa mampir di masjid ini, tanpa takut ditanya petugas satpam. Orang yang datang malam-malam hanya sekedar mampir tiduran melepas penat pun bisa diterima di sini. Bukankah ini rumah Allah?
Menara tempat bedug,dan tempat wudhu di sebelahnya.

Pengunjung sembarang orang bisa di sini tanpa ada rasa was was. Untuk saat ini barangkali pengunjung yang asal mampir sekedar berteduh, sudah salat di rumah, atau di masjid lain. Kali ini di sini, ia perlu melepaskan penat. Atau remaja huru hara sekalipun, barngkali lain kali ia akan menjadi orang khusyuk, karena terkesan dengan kebaikan pengelola masjid ini. Masjid yang penuh kearifan barangkali.

Al Istiqomah terlihat dari timur, dari depan Kantor Desa Japerejo

Kiranya semangat pengurus masjid Al Istiqomah cocok dengan semangat perjuangan Sunan Kalijaga yang ingin umatnya mau datang ke Masjid. Sunan Kalijaga sampai harus mengadakan pertujukan wayang kulit agar masyarakat mau datang ke Masjid. Tidak seperti zaman modern saat ini, pengurus masjid memperlakukan masjid seperti sebuah museum. Orang yang datang ke masjid justru malah diawasi. Diberi karcis, agar bisa dihitung pengunjungnya. Jika perlu pengunjung disemprot karena bersikap yang tidak cocok dengan satpam masjid. Di sisi lain pengurus woro-woro ke masyarakat agar datang ke masjid untuk mengikuti pengajian yang diselenggarakan oleh takmir, tapi yang datang hanya segelintir orang.