Dengan
dipindahkannya pemukiman orang-orang Tionghoa tersebut, maka kelenteng “Dewi
Sanudra Mak Co Poo Thian Siang Sing Bo Nio-Nio” yang semula berada di Jangkungan
masuk ke kota Rembang. Pertama kali menempati lokasi di jalan K.S. Tubun No.3
sekarang ini. Di tempat itu hingga sekarang masih terdapat batu peringatan
pemugaran kelenteng tersbut. Tidak diperoleh data pasti sejak kapan dan berapa
lama kelenteng Dewi Samudra berada dilokasi ini. Dari tempat ini kemudian
kelenteng berpindah ke lokasi di desa Tasik Agung tepatnya di jalan Pelabuhan
No.1 Rembang, setelah dibangun kelenteng “Tjoe Hwie Kiong” oleh masyarakat
Tionghoa di Rembang pada tahun 1841.
Lokasi kelenteng
ini berada di tepi sungai Karanggeneng dan menghadap ke arah bekas pelabuhan
Rembang di muara sungai ini yang sekarang berada di sisi barat Kawasan Bahari
Terpadu. Kelenteng Mak Co di Rembang ini di dirikan pada tahun 1841 oleh Kapten
Lie (?). Kelenteng ini mula-mula didirikan di desa Jangkungan, kecamatan
Kaliori kemudian dipindah ke lokasi sebagaimana yang sekarang bisa
dijumpai.Keistimewaan kelenteng ini adalah adanya dua menara kembanr yang
disebut Kie Kwa yang tidak dapat di jumpai pada kelenteng lain.
Setiap sepuluh
tahun sekali diadakan perayaan ulang tahun kelenteng secara besar-besaran yang
dimeriahkan dengan berbagai atraksi yang khas seperti liang liong, barongsai,
pertunjukan wayang potehi, wayang kulit dan sebagainya. Pengunjungnya datang
dari berbagai daerah bukan hanya dari Rembang saja tetapi juga dari Jakarta,
Semarang, Solo, Surabaya dan sebagainya.
Di dalam klenteng
tersebut ditemukan sebuah prasasti berhuruf kanji yang berisi informasi tentang
pembangunan klenteng tersebut. Adapun isi prasasti tersebut adalah sebagai
berikut :
Riwayat Sheng Mu
(Seng Boo yaitu Ma Zu / Mak Co yang harum mulai tahun Jian Long (960 M).
Dinasti Song waktu dilahirkan di pulau Mi, Prefektur Pu (terletak di provinsi
Fujian / hokkian), beliau sudah dilengkapi kekuatan gaib yang luar biasa dan
setelah dewasa beliau menjadi Dewi dan naik ke langit pada waktu siang hri.
Beliau menyelamatkan dunia, menguntungkan rakyat, juga membntu serta menolong
manusia pada saat bahaya. Kebaikan tersebut menunjukkan bahwa beliau sama
seperti Sang Pencipta. Pada zaman Dinasti Sang, beliau dipuja dan dihadiahi
tanah dan gelar oleh 14 kaisar, Pada zaman Dinasti Yuan dari 5 kaisar, dan pada
zaman Dinasti Ming, jumlah pernyataan penghormatan padanya ditambah 4.
Para Kaisar Dinasti
Qing pula menambah tanah dan gelar kehormatan padanya serta menempatkan beliau
dalam upacara sembahyang resmi, jumlahnya mencapai 10 kali. Sejak Dinasti Song
sampai sekarang, telah tercatat 800 kali lebih kaisar-kaisar turun-temurun
menghadiahi tanah dan gelar kehormatan padanya dan berulang-ulang memberi
peningkatan statusnya dalam upacara sembahyang resmi. Dengan berlalunya zaman,
kebaikannya semakin luar biasa, dunia ini semakin diperdamaikan, dan
keluhurannya semakin jelas. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa kebaikannya
tidak terbatas pada tempat atau waktu, tetapi terbentang ke seluruh dunia dan
seluruh masa. Kami para Tang Ren (orang Tionghoa) di Nan Wang (Rembang) juga
diberkati seluas-luasnya dan dilindungi sebesar-besarnya, oleh karena itu kami
ingin memuji keajaibannya yang abadi dan jaya. Maka disinilah kami mendirikan
istana untuk mempersuburkan kemurahan hatinya (Ci / Tjoe) dan keberkatannya
(Hui / Hwe). Dengan mengumpulkan dana dari seluruhnya, akhirnya berhasil
menyelesaikan pembangunan klenteng ini. Kemuliaannya dan perayaan demi beliau
akan dipuja ribuan tahun, dan disini kami khusus mengingatkan bahwa keajibannya
terus makmur, dan kami akan menyembah beliau sebesar-besarnya dan
selama-lamanya.
Tahun Dio Guing
ke-21 (1841 Masehi), Xin Chou (Tahun Sapi-Mas-Yin) Jiayue (bulan
“Alang-alang”), Gudan (pagi hari yang baik)
Dipahat oleh antara
lain Pengurus / Kapitan : Xinshi Huang Kai San; Pengikut (Oei Khay San) Zuzhi
Sun Guo Tai (Soen Kok Thay), Xinshi Guo De Zong (Kwee Tee Tjang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar