Jumat, 31 Agustus 2012

OBYEK WISATA UTAMA DI REMBANG (4) MUSEUM R.A. KARTINI


R.A.Kartini merupakan salah satu tokoh nasional kebanggaan masyarakat Rembang. Oleh karena di kota Rembang inilah dia memanfaatkan masa-masa akhir hayatnya untuk melanjutkan pemikiran-pemikiran segarnya mengenai kemajuan wanita Indonesia. Oleh bengsa Indonesia, ia diakui sebagai pahlawan emansipasi wanita. Untuk itulaj museum Kartini didirikan di Rembang, khususnya di kompleks Pendopo Kabupaten Rembang yang menyatu dengan rumah dinas Bupati Rembang di jalan Gatot Subroto No. 8 Rembang. Museum Kartini menempati ruangan yang dulu pernah digunakan oleh Kartini dalam aktivitas menuliskan ide-ide dan buah pikirannya mengenai kemajuan bangsa Indonesia pada umumnya dan wanita pada khususnya. Tempat ini sekaligus juga merupakan tempat beliau melahirkan putra satu-satunya yaitu Raden Mas Susalit dan sebagai kamar pribadi hingga beliau wafat. Benda-benda yang menjadi koleksi museum beraneka ragam khususnya benda-benda yang pernah digunakan oleh R.A.Kartini semasa hidupnya.
R.A.Kartini lahir di Mayong, Jepara pada tanggal 21 April 1879 dari pasangan suami istri yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan Ngasirah yang pada saat itu menjabat sebagai Asisten Wedono Mayong dan tiga tahun setelah kelahiran R.A.Kartini menjabat sebagai Bupati Jepara. Ngasirah, ibu kandung R.A.Kartini adalah anak seorang kyai yang berasal dari Teluk Awur Jepara. Dalam usia tiga tahun yaitu tahun 1881, R.A.Kartini diboyong ke Jepara ketika sang ayahandanya diangkat sebagai Bupati Jepara. Ayah R.A Kartini sangat menaruh perhatian terhadap pendidikan Kartini.Meskipun pendidikan formal bagi kaum wanita belum merupakan sesuatu yang lazim dalam masyarakat Indonesia pada waktu itu. Ayahanda R.A.Kartini sudah memberikan pendidikan formal. Meskipun R.A.Kartini mempunyai hak untuk sekolah di sekolah Eropa, namun sang ayah menyekolahkan Kartini di sekolah bersama teman-temannya. Sejak usia sekolah Kartini sudah menunjukkan ketekunan dan bakatnya dalam membaca dan menulis. Ia membaca buku-buku tokoh-tokoh progresif seperti Multatuli, sehingga mengetahui seluk-beluk penindasan penjajahan Belanda. Hal ini memberikan kesadaran kepada Kartini untuk menentang penjajahan Belanda.
Dengan bacaan-bacaannya dan korespondensinya dengan sahabat-sahabat orang Belanda, proses pendewasaan Kartini menjadi semakin matang, yang pada akhirnya mengantarkan jiwa Kartini yang penuh kebebasan dalam berpikir dan demokratis serta berorientasi maa depan dalam bertindak. Oleh karena itu dalam surat-suratnya yang dikirimkan kepada para sahabatnya di Belanda, ia mengetik adat istiadat yang ia pandang sebagai penghambat kemajuan wanita seperti budaya memingit wanita. Ia menganjurkan agar wanita diberi kebebasan untuk menuntut ilmu dan bebas belajar. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah di negeri Belanda diurungkan dan memohon kepada Pemerintah Kolonial Belanda agar beasiswanya diberikan kepada pemuda Indonesia yang lain. Ia lebih senang melanjutkan sekolah guru.
Sadar bahwa cita-cita perjuangan untuk meningkatkan derajat wanita lewat pendidikan tidak dapat dijalankan sendiri, maka ia menerima lamaran Bupati Rembang Raden Mas Adipati Djojodiningrat, seorang duda yang memiliki beberapa orang anak. Bupati Rembang sangat mendukung gagasan dan aktivitas untuk memajukan pendidikan kaum wanita dan untuk memperjuangkan kaum wanita agar sederajat dengan kaum pria. Perkawinan Kartini berlangsung pada tanggal 8 November 1903. Empat hari setelah perkawinan, Kartini meninggalkan Jepara pindah ke kota Rembang.
Untuk merealisir cita-citanya, langkah awal yang diambil oleh Kartini adalah mendirikan sekolah wanita yang ditempatkan di rumahnya yaitu didebelah timur gapura     Kabupaten Rembang (sekarang digunakan sebagai Kantor Wakil Bupati Rembang). Sekolah yang didirikan oleh Kartini memiliki banyak murid. Murid-murid dari kalangan keluarga yang tidak mampu, tidak dipungut biaya. Oleh karena mengalami kemajuan pesat, sehingga diperlukan guru bantu agar semua murid bisa ditangani dengan baik. Kartini juga mengajukan subsidi kepada Pemerintah Kolonial Belanda untuk memajukan sekolahnya. Semuanya dilakukan secara tulus berdasarkan jiwa sosial dan pengabdiannya.
Dalam kehidupan sebagai ibu rumah tangga, beliau juga merasa sangat bahagia. Telah banyak yang dilakukan Kartini untuk kepentingan keluarga dan masyarakatnya. Namun demikian sayang sekali, ia tidak bisa mengabdikan diri lebih lama apalagi menikmati hasil perjuangannya. Ia wafat dalam usia yang masih sangat muda sebagai seorang pembaharu, yaitu 25 tahun. Ia wafat tanggal 17 September 1904, empat hari setelah melahirkan putra satu-satunya, yaitu Raden Mas Susalit. Beliau meninggalkan semua yang dicintainya, yaitu keluarga dan bangsanya. Jenazahnya dimakamkan di makam keluarga Rembang yaitu di desa Bulu, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Beliau ditetapkan sebagai pahlawan wanita oleh Presiden Soekarno. Kamar pribadi R.A.Kartini dijadikan sebagai ruang museum R.A.Kartini dengan koleksi peninggalan beliau antara lain berupa : beberapa perabot rumah tangga yang dulu pernah digunakan oleh Katini, bak mandi, bothekan tempat jamu, sepasang rono, penyekat ruangan dari kayu jati berukir pemberian ayahandanya, meja makan, meja untuk merawat bayi, lukisan karya R.A.Kartini berupa tiga ekor angsa, naskah tulisan tangan R.A.Kartini dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar